Materi Kuliah Pasca Gempa Palu Pengantar Ilmu Sejarah:
SEJARAH SEBAGAI KEKUATAN
Oleh:
Haliadi-Sadi, Ph.D.
Ekonomi Sebagai Kekuatan Sejarah
Sejarah dunia dapat kita belajar bahwa terciptanya Jalan Sutera dari Tiongkok ke Eropa ialah karena kepentingan ekonomi. Eksplorasi Eropa ke Dunia Timur sebagian besar juga karena alasan ekonomi. Kedatangan orang-orang Eropa di Amerika Serikat bagian Selatan, perdagangan budak, dan kedatangan para pengejar “American Dream” karena alasan ini pula. Alasan ekonomilah Trunojoyo menyerang Mataram; Madura selalu bersaing dengan Jawa; dan karena blokade Belanda telah menghentikan arus ekonomi dari Jawa ke Madura, terpaksalah sebagian elit politik Madura menerima pembentukan Negara Madura sesudah Proklamasi 1945. Perkebunan di Sumatera yang memproduksi karet, kelapa sawit, tembakau, dan lain-lain. Dan pertambangan minyak tanah, batubara, dan timah terutama karena kekuatan ekonomi negara-negara Barat yang ingin memperluas modalnya. Demikian pula pembukaan perkebunan dan tanah-tanah partikelir di Jawa. Gerakan koperasi di Indonesia yang dikembangkan sejak zaman Belanda dengan harapan akan menjadi alat dari ekonomi Barat. Seperti diketahui dalam sebuah sistem ekonomi dualistis yang membagi masyarakat menjadi dua, yaitu sektor modern yang rasional dan sektor tradisional yang nonrasional, dua sektor itu bersaing secara tak seimbang. Dengan kemerdekaan keadaan ini tifak banyak berubah. Gerakan koperasi ditangani secara lebih sungguh-sungguh. Oleh pemerintahan, koperasi dinyatakan sebagai saka guru atau tiang utama ekonomi. Lahirnya gerakan antilintah darat sejak zaman Belanda juga dimaksudkan untuk melindungi sektor ekonomi kecil dari pengisapan pemberi utang. Pemogokan-pemogokan yang digerakkan oleh kaum buruh pada zaman Belanda, seperti pemogokan para pekerja pabrik gula yang dipelopori Soerjopranoto, dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi.
Demikian juga, Pada zaman Ore Baru, berdirinya organisasi pengusaha, seperti KADIN (Kamar Dagang dan Industri), HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia), HIPLI (Himpunan Pengusaha Lemah Indonesia), IWAPI (Ikatan Wnita Pengusaha Indonesia), REI (Real Estate Indonesia), dan ASI (Asosiasi Semen Indonesia), juga dimaksudkan untuk meningkatkan ekonomi anggota dan bargaining power-nya. Pendirian HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) dan sejenisnya mempunyai tujuan yang sama. Pada ekonomi internasional, ada OPEC (Organization of Petroleum Exporting Counties) dan ada kerjasama regional APEC (Asia Pacific Ekonomic Coopration).
Agama Sebagai Kekuatan Sejarah
Gerakan-gerakan terekat di Aceh pada awal abad ke-17, di bawah Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumatrani serta pemberantasannya di bawah Nuruddin Ar-Raniri adalah smata-ata karena alasan agama, karena dua orang yang pertama dianggap sesat. Perjalanan Burhanuddin dari Ulakan di Sumatera Barat ntuk belajar agama pada Abdurrauf di Aceh pada abad ke-17 dan penyebaran agama Islam di Sumatera Barat tidak lepas dari motif keagamaan. Demikian juga mata rantai gerakan tarekat di Indonesia sampai sekarang. Sebelum menjadi gerakan sosial, kultural, dan politik, penyebaran Islam di Jawa pada mulanya adalah gerakan keagamaan.
Pada zaman pergerakan nasional, gerakan yang khusus di antaranya Muhammadiyah (1912) dan Nahdlatul Ulama (1926). Muhamadiyah adalah gerakan “amar makhruf nahi munkar” yang berusaha kembali pada sumbernya, yaitu Al-quran dan Hadis. Karena itu ia harus menghadapi budaya Jawa yang dianggap penuh kurafat (tidak masuk akal) dan ajaran Islam yang ada yang dianggap penuh bid’ah (ajaran yang timbul kemudian). Sebagai reaksi terhadap Muhammadiyah yang dianggap antimahzab dan Sarekat Islam yang penuh politik, lahirlah Nahdalatul Ulama yang menegaskan kembali pentingnya mahzab yang jumlahnya empat (Syafi’i, Hambali, Maliki, Hanafi) dan sebuah gerakan agama yang nonpolitik. Akhir-akhir ini ada gerakan antiperadaban modern yang disebut “fundamentalisme”. Rupa-rupanya gerakan “fundamntalisme” itu bukan khas milik Islam.
TEKNOLOGI SEBAGAI KEKUATAN SEJARAH
Sungai dan laut merupakan penghubung untuk masyarakat bertransaksi dan melakukan hubungan politik. Bengawan Solo tidak lagi punya monopoli pengangkutan, seperti diceritakan dalam penyerbuan Mataram ke Surabaya, setelah rel-rel kereta api menghubungkan Yogyakarta dengan Surabaya. Kota-kota sepanjang sungai digantikan oleh kota-kota sepanjang jalan kereta api. Demikian juga laut, perananya dapat digantikan oleh kereta api. Di Madura, setelah jalan kereta api, diletakkan pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20, orang masih bermigrasi sesuai dengan jalan laut yang terpendek. Setelah ada kereta api, populasi kuda menurun, dengan kereta kuda orang hanya bepergian sejauh 10 kilometer. Dengan datangnya teknologi baru dengan mesin-mesin, pengusaha gula pasir tradisional yang mengandalkan binatang dan gula merah dari kelapa mendapat saingan berat. Demikian juga dalam produksi tekstil. Mula-mula tenun tangan digantikan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), kemudian juga ATBM dikalahkan mekanisasi.
Produksi makanan dan minuman terjadi penggusuran makanan dari minuman tradisional yang dikerjakan dengan tangan oleh makanan dan minuman modern. Ini terjadi juga dalam kosmetika dan jamu, serta dalam penangkapan, pemeliharaan, perdagangan dan pengalengan ikan. Dengan diam-diam teknologi telah mengubah kehidupan, tetapi masih luput dar perhatian sejarawan. Sebabnya ialah karena sejarawan masih sibuk mengurus sejarah yang besar-besar , yang atas-atas, serta yang di permukaan, dan melupakan yang kecil-kecil, yang dibawah, dan kekuatan-kekuatan yang tak tampak seolah-olah hal itu bukan sejarah.
BUDAYA SEBAGAI KEKUATAN SEJARAH
Prodisasi sejarah Eropa sampai abad ke-19 banyak dipengaruhi oleh pertimbangan budaya. Ketika kita ikut membagi Eropa menjadi beberapa periode, seperti zaman Klasik, Zaman Pertengahan, Renaisans, Reformasi, Rasionalisme Perancis dan Empirisme Inggris, Zaman Pencerahan, dan Romantisme, pengaruh sejarah pemikiran dan ilmu pengetahuan Eropa kuat. Pengaruhnya tidak hanya berhenti dalam cara berpikir, tetapi juga pada cara merasa dan cara bekerja. Kesenian, arsitektur, seni lukis, sastra, musik, sandiwara, sirkus, dan film, pengaruh barat itu sangat terasa. Bahkan dalam olahraga, desain, fashion, dan masak-masakan pengaruh itu sangat terasa. Bangunan belanda dapat kita temuidi kota-kota lama,sementara gaya spanyol dapat kita temui dalam bangunan baru. Naturalisme yang menghormati antomi, perspektif, dan cahaya mempunyai pengaruh sejak Raden Saleh, Sudjojo, Dullah, dan sampai sekarang masih di ajarkan. Dalam sastra, bentuk baru seperti novel, cerpen, dan puisi bebas berasal dari Eropa. Chairil anwar banyak dipengaruhi oleh eksistensilisme. Musik klasik dan kontemporer Barat begitu kuat pengaruhnya, termasuk tingkah laku pemusik dan penontonnya. Sandiwara model Eropa suka berkeliling Indonesia, rombongan komidi stambul yang menjadi tiruannya, juga mengelilingi kota-kota. Demikian pula sirkus. Film mulai dikenal sejak awal abad ke-20, dan pada tahun 1930-an pemain-pemain Melayu dan Cina sudah mulai dikenal.
Olahraga juga, seperti sepak bola, desain interior rumah, seperti meja dan kursi, celana, makanan kaleng, mulai dikenal setidaknya padaa awal abad ke-20. Pengaruh barat itu makin terasa pada era globalisasi. Di Indonesia,sekarang sedang berlangsung persaingan kebudayaan: nasional dan internasional, modern dan traadisional, nasional dan lokal, pusat dan daerah, tengah dan pinggiraan, kota dan desa, santri dan ambangan; semuanya dengan perangkat masing-masing. Keroncong sedang bersaing dengan country, dangdut dengan rock; gatot kaca dengan ksatria baja hitam; duduk di kursi dengan lesehan; koran nasional dengan koran pedalaman; puisi dengan tambang; dan “salawat” dengan “selamat ulang tahun”. Kekuatan sejarah itu berjalan seperti api dalam sekam. Kita mengira politik itu meenentukan, sehingga kita membayar mahal untuk pesta demokrasi, untuk memegang kekuasaan dan kemenangan. Kita tidak tahu bahwa politik itu hanya sepersekian dari kekuatan sejarah. Kadang-kadang kekuatan sejarah itu berjalan sendiri, kadang-kadang terjadi secara bersamaan. Sebuah revolusi terjadi bila kekuataan-kekuatan sejaraah bergabung.
Ideologi Sebagai Kekuatan Sejarah
Pada awal abad ke-20 pemikiran tentang kemajuan menjadi penggerak utama untuk meninggalkan tradisional. Untuk daerah berbahasa Batak, pemikiran ini disebut hamajoan, untuk orang Jawa kemajengan. Atas nama kemajuan, orang-orang Cina meninggalkan kucirnya, menghentikan upacara sembahyang rebutan, dan mendirikian organisasi. Orang-orang Mangkunegaran Surakarta, duduk di kursi, dan para prajurit Kasunanan Surakarta mencukur kepalanya yang semula dibiarkan panjang dan digelung. Juga atas nama kemajuan, penerbitan di Jawa telah menggantikan ilmu ngalamat, misalnya arti pelupuk mata sebelah kiri bergerak-gerak, dengan ilmu alam yang disebutnya dengan ilmu kodrat. Misalnya, gerhana bulan tidak lagi terjadi akibat raksasa yang berusaha menelannya, tetapi karena kedudukan bulan, bumi dan matahari. Gerakan Muhammadiyah mencoba memadukan antara kemajuan dan agama. Cita-cita kemajuan itu terasa sampai tahun 1930-an ketika Sutan Takdir Alisyahbana menulis novel.
Gerakan antiadat, misalnya poligami, tayub, tekanan atas wanita, menjadi populer di Indonesia. Gerakan itu tercatat dalam pers pada awal abad ke-20 dan dalam penerbit-penerbitan. Novel Marah Rusli, Siti Nurbaya, hanyalah salah satu ekspresinya dalam sastra. Gerakan nasionalisme merupakan ideologi yang melahirkan banyak lembaga politik. Sebagai gerakan yang dipengaruhi oleh romantisme, nasionalisme juga mempunyai pengaruh dalam kesusatraan. Poedjangga Baru yang mendefinisikan seni sebagai gerakan sukma, terbagi ke dalam dua kubu. Kubu pertama melihat Indonesia lebih sebagai Timur, dan kubu kedua yang lebih melihat Barat sebagi model. Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan terdapat Taman siswa yang mencoba menjawab pertanyaan kebudayaan dunia, kebudayaan daerah, dan kebudayaan nasional. Soekarno mencoba menyatukan Islam, Marxisme, dan nasionalisme, ideologi yang dibawanya sampai tahun 1966 ketika ia menyerahkan kekuasaanya pada Orde Baru. Pancasila yang merupakan common denominator bagi seluruh bangsa Indonesia yang telah menjadi persetujuan bersama, juga merupakan kekuatan sejarah. Telah dibuktikan sepanjang sejarah Indonesia bahwa ia mrupakan ideologi yang efektif.
Diambil dari buku: Kuntowijoyo. 2013. PENGANTAR ILMU SEJARAH. Yogyakarta: Tiara Wicana