Minggu, 17 November 2019

Sumpah Pemuda awal Gerakan Politi

Sumpah pemuda 1928 merupakan fondasi gerakan Indonesia berpolitik terutama perjuangan ke arah Parlemen. Salah satu perjuangan yang tersahuti Belanda yakni dengan terbentuknya Indische Partij. Uraikan Indische Partij hubungannya dengan adanya Sumpah Pemuda? Silahkan komentari ya!!!!

Minggu, 20 Oktober 2019

Sejarah Pergerakan National Indonesia (Khusus Mata Kuliah 2019)

Gerakan Merah Putih Sigi-Dolo Pada bulan Desember 1945, Datupamusu bersama-sama Haji Yoto Daeng Pawindu dan kawan-kawan, resmi membentuk Gerakan Merah Putih Sigi Dolo yang berkedudukan di Kaleke sebagai pusat gerakan. Kegiatan-kegiatan Gerakan Merah Putih ini antara lain: (1) mengadakan rapat umum dan rapat rahasia guna menggembleng kekuatan massa dalam menghadapi dan menggagalkan pemerintahan NICA; (2) mengadakan kontak dengan gerakan-gerakan penuntut kemerdekaan di Gorontalo dan Poso; (3) mengadakan kontak dengan Laskar Kris Muda Mandar; (4) mengirim utusan untuk memperoleh senjata dan petunjuk-petunjuk serta informasi tentang situasi di Jawa (pusat). Selain Datupamusu dan Haji Yoto Daeng Pawindu, salah seorang tokoh utama dalam Lasykar Merah Putih Sigi Dolo adalah M.Djaruddin Abdullah.Ia menduduki jabatan sebagai Sekretaris Laskar Merah Putih Sigi Dolo. Ia lahir di Kampung Baru, Palu pada 10 Juni 1910. Ia menyelesaikan pendidikan Sekolah Gubernemen lima tahun pada tahun 1924 dan Sekolah Pendidikan Guru B.V.S di Palu tahun 1926. Kemudian selesai mengikuti kursus Bahasa Belanda, P.H.I.S. pada tahun 1929. Sejak tahun 1930 hingga 1938, ia bekerja sebagai juru tulis pada kantor pemerintahan Sigi Biromaru dan Sigi Dolo. Kemudian ia dimutasi sebagai Manteri Belasting pada kantor H.P.B Palu. Semenjak tahun 1940 hingga tahun 1946 ia bertugas sebagai Juru Tulis Kepala pada kantor Landschap Sigi Dolo di Biromaru. Pada tahun 1946, akibat aktivitas dalam Gerakan Merah Putih ia dipecat untuk sementera dalam pekerjaannya karena di tuduh menghasut rakyat untuk menentang pemerintahan (Belanda) yang sah. Salah satu aktivitas gerakan Merah Putih Sigi Dolo dalam melawan pemerintahan NICA, yakni merobohkan Jembatan Sibonu jurusan Kaleke dekat induk markas Gerakan Merah Putih, sehingga mobil patroli polisi masuk jurang, Olehnya itu dilakukan penangkapan terhadap anggota-anggota gerakan merah putih. Berbagai aktivitas gerakan Merah Putih yang dianggap menghasut rakyat untuk melawan pemerintah, menyebabkan pemerintah NICA melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh Laskar Merah Putih Sigi Dolo. Salah satunya, pada hari Kamis tanggal 31 Januari 1946 dilakukan penangkapan di pasar Kaleke terhadap tokoh Merah Putih, yakni Haji Joto Daeng Pawindu DS sebagai pucuk pimpinan perjuangan rakyat Sigidolo. Selain itu, ditangkap pula rekan-rekannya yang lain Haji Lasingka dan Lakacinda. Dalam waktu yang sama penangkapan berlaku atas diri Daeng Pawara Lahusaeni, pimpinan merah putih di Dolo. Selanjutnya polisi NICA terus ke Bora dan menangkap Taleb Lacinala, pimpinan Merah Putih di Bora kemudian di pasar Biromaru Polisi NICA menangkap M.Djaruddin Abdullah, dan akhirnya singgah di Palu menangkap Waluntina sebagai pimpinan merah putih di Palu. Para tangkapan dibawa dan dimasukan sel tahanan di markas Polisi NICA.Mereka dituduh mengadakan rapat gelap di Sidera pada malam tanggal 31 Desember 1945 merencanakan untuk mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan yang ada. Atas kejadian ini maka Lolontomene Lamakarate, dan kawan- kawan pemimpin kelasykaran Merah Putih Sigidolo segera bertindak mengadakan protes atas penangkapan itu.Ia dan teman-temannya sudah mengeluarkan perintah mengerahkan tenaga bersenjata ke Palu mengambil para tahanan. Seluruh pimpinan Lasykar Merah Putih dari Kaleke, Pesaku, Dolo dan Biromaru semua anggotanya disiapkan akan diberangkatkan ke Palu pada tanggal 10 Pebruari 1946 pagi. Lasyakar Merah Putih berangkat melalui Dolo.Anggota Lasykar dari Kaleke dan Pesaku harus menyeberang di Tulo lalu ke Dolo dimana anggota di Dolo sudah siap menunggu. Telepon di kantor pemerintah dikuasai supaya hubungan Pemerintah Dolo dan Palu putus. Pasukan diberangkatkan pada jam 8 pagi dan pada pertigaan jalan Palu-Biromaru dan Dolo menunggu anggota pasukan Biromaru yang kesemuanya akan bergabung menuju Palu. Jalil Jamal diberangkatkan lebih dahulu ke Palu dengan berkuda mengumpul dan menyiapkan anggota-anggota Merah Putih di Palu harus bersedia dan berkumpul di rumahnya Bapak Jamal di pinggir Sungai Palu di kampung Ujuna. Untuk menghubungi Tawaeli yang juga sudah disiapkan lebih dahulu diutus dua orang penghubung saudara Dg.Malaja Lamakampali dan Ain Lahusaeni berangkat dengan kuda supaya mereka segera bergerak maju menuju Palu dalam waktu yang sama dengan Sigidolo. Sebelum berangkat meninggalkan pertigaan jalan ini ke Palu lebih dahulu Mene Lamakarate memerintahkan semua anggota mengambil air sembahyang di tepi sungai palu baharu kembali memasuki barisan masing-masing. Diatur sedemikian itu mengingat adanya kemungkinan yang sewajarnya terjadi apabila kedua belah pihak dalam keadaan sama-sama kera, sehinga kematian kita adalah bersih dan diridhoi tuhan.Sesudah semua anggota disiapkan untuk berangkat, maka sebelum itu sebagai ikrar dengan penuh semangat menyanyikan lagu Indonesia raya. Lalu bergerak maju dan sepanjang jalan menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang membakar semangat seperti mars bambu runcing, dari Sabang sampai Merauke dan lain-lain, pasukan masuk Kota Palu tepat jam 10 pagi. Pasukan dari Tawaeli dalam waktu yang sama telah berada di Talise menunggu perintah selanjutnya. Para anggota dari Palu sudah diatur untuk berpos di belakang markas polisi di Besusu, dalam pengawasan Jalil Dj. Dilaporkan dari Tawaeli tersedia 500 anggota di bawah pimpinan R.U Jotolemba, Yondi Maranua dan Said Ali Sahibu. Setibanya di Tatura pasukan merah putih Sigi Dolo dijemput oleh anggota pemerintah di Ibukota L.N Kansil selaku wakil H.P.B dan Caco Ijasa mengajak pimpinan Merah Putih Lolontomene Lamakarate untuk berunding dengan HPB Palu L.Barrau. Permintaan diterima baik oleh Lolontomene Lamakarate dengan bersyarat, kemudian diadakan perundingan di rumah kediaman HPB Palu, L. Barrau di mana semua raja-raja juga berkumpul di tempat itu. Hasil yang dicapai dalam perundingan, para tahanan segera dikeluarkan dan dikembalikan ke tempat masing-masing pada keesokan harinya. Sumber: Haliadi-Sadi, dkk., Pahlawan daerah Sulawesi Tengah, Yogyakarta: Q-Media, 2016, hlm. 103-106. Petunjuk: 1. Silahkan baca tuntas !!! 2. Berikan komentar sebanyak tiga paragraph, yang berisi tentang: paragraf1, Kesimpulan bacaan, Paragraf2, Hubungkan dengan teori variabel teori “transendental keilahian dan imanen cultural,” dan paragraf3, kesimpulanmu. 3. Komentarnya, setiap paragraf harus lima kalimat ke-atas tidak boleh hanya lima kalimat ke bawah. Silahkan berkomentar !!!!!!!

Senin, 03 Desember 2018


KONSEP-KONSEP MUSEUM DIGITAL,

Bagaimana Konsep Museum Digital? Uraikan jawaban anda dan sebutkan sumbernya !

Tolong masukkan Tugas Anda di kolom komen dalam tautan ini !

.......Mata Kuliah Permuseuman.....
(Dosen Haliadi-Sadi)

Tulisan Islam di Palu